Tuesday, October 16, 2007

Buju’ Gorang Garing

Ramai Dikunjungi di Malam Jumat Legi dan Nisfu Sya’ban

Buju’ Gorang Garing di Dusun Barumbung, Desa Lombang, Kecamatan Batang Batang, Sumenep berada di dataran yang agak tinggi. Lokasinya agak masuk sekitar 2 kilometer dari jalan raya yang menghubungkan Desa Lombang dengan Desa Lapa Taman, Kecamatan Dungkek. Namun, itu bukan halangan bagi warga untuk ngalap berkah di buju’ yang dikeramatkan tersebut.

Warga disekitar lokasi buju’ maupun kecamatan lainnya, lazim menyebut salah satu kawasan pemakaman berpasir yang berada di Dusun Barumbung itu sebagai buju’ Gorang Garing. Dari sekian makam lainnya, makam yang salah satu nisannya bertuliskan angka (tahun) 1390 menjadi jujukan ziarah banyak orang. Makam tersebut terlihat paling ’gagah’ daripada makam lainnya.

Suryadi, warga desa setempat yang ditemui koran ini mengaku tidak tahu asal-usul sang empu makam tersebut. Namun, dari cerita para leluhurnya, makam yang paling banyak dikunjungi orang itu adalah Gorang Garing. "Katanya, orang yang dimakamkan di sini adalah orang sakti yang bisa menggoreng kacang sampai garing di atas kain (sarung)," ujarnya.

Sedang makam-makam yang ukurannya lebih kecil dan berada di sekitarnya adalah para murid (santri) dari Gorang Garing. Tapi, memang tidak ada yang menunjukkan kepastian nama pemilik makam tersebut. "Orang sini tahunya ya Gorang Garing itu. Tapi, ada versi lain yang menyatakan kalau itu sebenarnya makam ulama besar dari Maroko," tuturnya.

Di sekitar buju’ Gorang Garing ditemukan sumber air panas. Pada tahun 1999 sampai sekitar 2000, sumber air panas itu juga banyak dikunjungi orang. "Air yang keluar dari sumber itu berbau belerang menyengat. Dulu, sumber air panas katanya bisa menyembuhkan sejumlah penyakit dalam maupun luar," terangnya pada koran ini.

Suryadi menjelaskan, warga setempat boleh dibilang memang tidak tahu secara pasti sejarah dari makam tersebut. Namun, setiap malam Jumat legi dan nisfu Sya’ban, makam itu ramai dikunjungi orang. "Mereka baru pulang dari buju’ Gorang Garing setelah pagi hari. Sebagian besar memang orang sini (Sumenep, Red). Tapi, ada orang Jawa yang juga ke sini," imbuhnya.

Buju’ Gorang Garing juga dipercaya punya kekuatan tersendiri. Sebagian besar dari orang yang mengunjungi buju’ Gorang Garing punya "keinginan". Tapi, jangan berharap sesuatu yang jelek bila mengunjungi buju’ Gorang Garing. "Orang yang bermalam di sini katanya minta keselamatan dan sebagainya. Kalau minta itu, katanya tidak akan diganggu," paparnya.

Suryadi mengungkapkan, buju’ Gorang Garing dipercaya warga setempat, tidak boleh diberi atap (penutup). Konon, warga setempat sempat beberapa kali membuat atap yang menaungi buju’ Gorang Garing. Namun, setiap diberi atap, di kawasan itu dilanda angin kencang yang hanya menyebabkan atap tersebut ambruk. "Itu dimaknai kurang berkenan diberi atap," urainya.

Lokasi buju’ Gorang Garing cukup jauh dari pemukiman penduduk. Sehingga, wajar bila kawasan tersebur kurang terawat. Apalagi, memang tidak orang yang menjadi juru kunci di buju’ tersebut. "Sejak saya kecil, buju’ ini hanya beratap langit dan di sebelahnya ada pohon yang daunnya akan menutupi sebagian makam-makam di sini," katanya. (SLAMET HIDAYAT)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 15 Okt 2007

3 comments: