Monday, October 01, 2007

KH Tidjani Tokoh Ulama Madura Berpulang

Masyarakat Madura kehilangan putra terbaiknya. KH Achmad Tijani Djauhari MA, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Amien, Prenduan, berpulang ke Pangkuan Ilahi di kediamannya areal komplek Ponpes Al-Amien, Prenduan, Sumenep, Kamis (27/9) pukul 02.00 WIB.

KH Tidjani Djauhari sejak 1993 lalu dikenal sebagai salah satu tokoh yang gigih untuk membentuk Provinsi Madura, meninggal dalam usia 62 tahun. Ia meninggalkan satu istri, Nyai Anisah Fatimah Zarkasy, serta 8 anak, terdiri 3 putra dan 5 putri serta 2 cucu.

Almarhum KH Tidjani, lahir di Prenduan, Oktober 1945 merupakan anak kedua dari lima saudara  pasangan KH Achmad Djauhari Chotib dan Nyai Maryam Abdullah. KH Tidjani dikenal ulama intelektual dan sosok sangat peduli terhadap agama dan pendidikan. Saat meninggal, almarhum didampingi empat saudaranya, berikut istri dan 7 anaknya.

Sedangkan Achmad Fauzi Tijani,25, putra pertama almarhum saat ini sedang menempuh pendidikan di Maroko. Setelah diberitahu kepergian ayahnya, Achmad Fauzi Tijani sedih dan berencana pulang ke Madura.

Berita meninggalnya KH Tidjani, menyentakkan semua pihak. Bupati Sumenep, KH Ramdlan Siraj datang takziah bersama sejumlah tokoh ulama Jawa Timur, pengurus Ponpes Modern Darusalam Gontor, Ponorogo, sejumlah ulama Jawa Barat, Banten dan Jakarta datang melayat. Almarhum dimakamkan di pemakaman keluarga di selatan Masjid Al-Amien Prenduan, Kamis (27/9) pukul 16.00 WIB diantar ribuan pelayat.

“Saya turut berduka cita atas meninggalnya KH Tidjani Djauhari. Sekarang saya belum bisa takziah, kaena saya sedang di Batam,” kata KH Khalillurrahman, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamekasan, kepada Surya, yang selama ini sering satu forum dengan almarhum.
Humas Ponpes Al-Amien, Ustad Jakfar Sodiq MM, mengatakan, tanda-tanda KH Tijani akan berpulang sudah dirasakan sejak pukul 22.00 WIB. Saat itu, seluruh keluarga berkumpul mengelilingi almarhum.  “Sebelumnya almarhum pernah di rawat di RS Budi Mulya, Surabaya, namun beliun waktu itu minta pulang dan dirawat di rumah,” ujarnya.

Berdasarkan cacatan Surya, KH Tidjani lulusan Fakultas Study Syariah Jamiah Islaminyah Madinah dan lulusan Magister di Jamiah Malik Abdul Azis Cabang Makkah 1969. Almarhum telah banyak memberikan sumbangsih besar terhadap pengembangan pendidikan dan dakwah. Ponpes Al-Amien yang dikelola bersama KH Idris Djauhari, adiknya, memiliki sekitar 5.000 santri dari seluruh provinsi di Indonesia juga Malaysia, Singapura dan Thailand.

Semasa hidupnya, almarhum aktif dalam berbagai lembaga dakwah, pendidikan dan sosial kemasyarakatan yang namanya tak hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Malahan tahun 1974 - 1987 lalu, KH Tidjani dipercaya  sebagai anggota Sekjen Rabithah 'Alam Islami (RAI) yang berkedudukan di Arab Saudi.  Mewakili RAI almarhum hadir di berbagai forum internasional.

Selain pengasuh Ponpes Al Amien, almarhum menjadi salah seorang ketua MUI Jatim. Alumni Pondok Modern Gontor itu juga mempelopori berdirinya BASSRA (Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren Madura) Korda Sumenep. Almarhum juga aktif mengisi seminar pendidikan dan sosial-keagamaan di dalam maupun luar negeri.

Sejumlah Ikatan Keluarga Besar Al-Amien Prenduan (IKBAL) Korda Jakarta dan Kairo Mesir menyatakan berduka atas wafatnya almarhum. Sementara IKBAL Korda Jakarta juga menggelar doa bersama di secretariat. Sementara Ketua IKBAL Korda Kairo Mesir, Falahudin Qudsi menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya guru, kiai dan pembimbing mereka hingga dia bersama kawan-kawannya dapat sekolah di Mesir. "Semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang sempurna dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan," ujarnya. (Achmad Rivai/Muchsin)

Sumber: Surya,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home