Potret Sukses Desa Klampar
Andalkan Potensi Batik, Sukses Berkat Dukungan Pemuda
TAK sulit untuk menjangkau Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Meski cukup terpencil dan jauh dari keramaian, tapi jalan akses menuju Desa Klampar begitu mudah. Dari arah Kota Pamekasan, desa ini hanya berjarak sekitar 5 km ke arah utara. Suasana desanya asri, di samping jalan desa tumbuh aneka pepohonan menghijau.
Dilihat secara geografis, Desa Klampar berbatasan dengan 4 desa yang menjadi tetangga desa. Yaitu, Desa Angsana (batas utara), Desa Samadan (batas barat), Desa Nyalabu Daya (batas timur) dan Desa Nyalabu Laok (batas selatan).
Bagi warga Pamekasan, Desa Klampar memiliki keistimewaan sendiri. Yakni, potensi lokal yang memang khas dan tidak semua desa memilikinya. Apalagi kalau bukan potensi industri rumah tangga batik.
Sejak turun temurun, batik menjadi primadona yang selalu diandalkan masyarakat Desa Klampar. Karenanya, desa berpenghuni 3.500 jiwa ini begitu akrab di sebagian besar warga. Warga yang mengenal Desa Klampar pasti mengenal potensi batiknya.
Kepala Desa Klampar H Abd. Syukur menjelaskan, potensi batik Klampar telah ada sejak zaman dulu. Tak jelas sejak tahun berapa potensi batik ini ada di Desa Klampar. Diakuinya, batik Klampar merupakan batik tradisi yang sejak dulu berkembang.
Tak heran, menurut pria yang juga pengurus Perkasa (Persatuan Kepala Desa) Pamekasan ini, separuh lebih warganya memilih membatik sebagai profesi kesehariannya. "Kini, potensi batik disini (Klampar, Red) sudah menasional. Terbukti, beberapa kali hasil produksi batik telah mengikuti pameran tingkat nasional," katanya.
Sukses Desa Klampar mengembangkan potensi batik tak lepas dari peran dari kaum pemuda setempat. Sebab, jelas Syukur, berkat pemudalah potensi batik makin dikenal warga di tingkat regional, hingga nasional. "Banyak pemuda yang menjadi pengusaha batik sukses dan mampu mengangkat harkat industri rumah tangga batik Klampar," tukasnya.
Syukur mengakui, potensi batik Desa Klampar juga banyak mendapat dukungan dari pemerintah. Misalnya, dibantu dengan pelatihan-pelatihan, permodalan, hingga upaya membuka pasar melalui pameran-pameran. "Bantuan untuk pengembangan batik banyak kita rasakan dari pemerintah. Mudah-mudahan terus berlanjut ke depannya," harapnya.
Sukses potensi batik, rupanya, juga diikuti sukses di bidang pembangunan lainnya. Misalnya, pembangunan bidang sarana dan prasarana desa. Beberapa waktu terakhir Desa Klampar banyak mendapat sentuhan pembangunan infrastruktur.
"Baru-baru ini sudah dibangun polindes dalam rangka menunjang fasilitas kesehatan warga Klampar," jelas Syukur.
Pembangunan bidang lainnya juga sukses dilakukan. Misalnya, pembangunan dan peningkatan sarana jalan, jembatan, hingga perbaikan dam dalam rangka memperbaiki sistem pengairan. "Tetapi, memang masih ada jalan yang belum dibangun. Namun, kemungkinan dalam waktu dekat sudah beres semua," katanya.
Bagaimana dengan potensi lainnya? Syukur mengakui, dibandingkan dengan batik, potensi lainnya memang tidak terlalu dominan. Di sana juga ada industri rumah tangga lainnya. Seperti, pembuatan kripik tette (kripik dari singkong yang ditumbuk), usaha penambangan batu gamping, dan lainnya.
Sedangkan bidang pertanian, menurut pria yang hobi mengoleksi bonsai ini, bisa dibilang sebagai potensi kedua setelah batik. Pertanian yang ada seperti tanaman padi, tembakau, jagung, dan lainnya. "Tetapi, untuk pertanian tidak terlalu diharapkan. Sebab, lahan teknis hanya ada sekitar 14 hektare saja," ungkapnya.
Dilihat dari potensi sosial, menurut Syukur, di desanya itu banyak berkembang beberapa organisasi. Mulai dari organisasi kepemudaan, sampai organisasi keagamaan. Untuk sarana pendidikan, ada pendidikan formal maupun informal. Mulai dari TK, SD, hingga sekolah keagamaan seperti Raudlatul Athfal (RA), maupun madrasah ibtidaiyah (MI).
"Untuk sektor pendidikan, masih ada sekolah yang perlu mendapat sentuhan pembangunan," pungkas Syukur. (akhmadi yasid)
Sumber: Jawa Pos, Minggu, 25 Mar 2007
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home