Saatnya Seniman Duduk se Meja
Memasuki akhir tahun 2007 ini, para seniman Bangkalan hendaknya menyatukan visi dan pandangannya. Itu, dalam rangka membangun dunia kesenian di Bangkalan yang selama ini tidak aktif. Demikian dikatakan pengasuh Sanggar Tari Tarara Sudarsono saat ditemui Koran ini seiring dengan habisnya masa kepengurusan Dewan Kesenian Bangkalan (DKB) 2003-2007. Menurut pria yang akrab disapa Mas So ini, selama ini dirinya merasa malu karena selalu disindir oleh pengurus DKB Jawa Timur. Dimana dunia seni Bangkalan terbaca tidak aktif.
"Padahal, saya selaku pelaku seni di Bangkalan merasa tidak seperti itu. Bahkan sanggar tari saya selalu mendapat undangan dari mana-mana untuk tampil. Tetapi di tengah kehadiran saya memenuhi undangan itu mereka selalu menilai bila dunia kesenian di Bangkalan tetap saja tidak aktif," keluhnya.
Karena itu, kata Mas So seiring dengan habisnya kepenguruan DKB periode 2003-2007 ini dirinya berharap agar semua pelaku seni duduk satu meja. Atau, imbuhnya, kalau perlu menggelar musyawarah besar kabupaten para seniman untuk membicarakan persoalan seni. Ini tak lain untuk kebaikan dan kemajuan seni di Bangkalan di masa mendatang.
Benarkah ada kabar bahwa DKB Bangkalan ada dua versi? Dengan tersenyum seniman tari yang beberapa bulan mencari musik tok-tok dalam berbagai versi ini mengatakan bahwa itu tidak perlu diungkapkan lagi. "Bagi saya itu jangan menjadi persoalan. Sebaliknya yang harus kita bangun mulai saat ini adalah bagaimana kita, seniman bicara satu meja. Baik seni musik, tari, lukis, teater, dan sebagainya. Tema bahasannya yang terpenting adalah membicarakan bagaimana seni di Bangkalan ini bisa lebih baik dari sebelumnya. Dan kalau bisa menjadi salah satu ikon seni di Jawa Timur," ujarnya. (rd)
Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 06 Okt 2007
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home