Kyiai Penggagas Propinsi Madura Itu Wafat
KH Mohammad Tidjani Djauhari MA, pengasuh Ponpes Al Amien Prenduan Sumenep, meninggal dunia, Kamis ( 27/9) pukul 02.00 WIB di rumah kediaman almarhum di kompleks Ponpes Al Amien dalam usia 63 tahun.
Kyiai dengan 8 putra/putri itu, meninggal akibat menderita penyakit jantung selama belasan tahun. Enam bulan silam kyiai yang juga mantan direktur Riset dan Studi Rabithah Alam Islami yang berkedudukan di Mekkah itu, menderita sakit dan sempat dirawat di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. Selang dua bulan penyakitnya kambuh dan dirawat di RS Budi Mulia, Surabaya. Namun, Senin (24/9) malam, almarhum meminta pulang kepada Nyai Annisah Imam Syarkasi, istrinya. Keluarga almarhum pun mengabulkan permohonannya.
Almarhum yang dikenal sebagai penggagas Propinsi Madura dan terkenal sebagai tokoh yang disegani di dunia internasional, dalam beberapa kesempatan seminar ulama, selalu mengingatkan pemerintah, agar mempersiapkan skill masyarakat Madura, sehingga nantinya tidak menjadi penonton pembangunan di Madura.
Ia kerap mencontohkan nasib masyarakat Batam dan Pulau Seribu yang kini hanya menjadi penonton dari derap pembangunan kawasan tersebut. Salah satu titik berat yang diminta kyiai peraih nilai mumtaz di Universitas Islam King Abdul Aziz, Universitas Mekah itu, agar Madura segera menjadi propinsi khusus. Karena, menurutnya, masyarakat Madura punya ciri khas sosial budaya dan keagamaannya, sehingga selayaknya punya perlakuan khusus. “Saya minta agar Madura diberi kedudukan khusus,” ujar KH Moh Tidjani dalam sebuah seminar yang diadakan Universitas Trunojoyo, beberapa waktu silam.
Sementara itu, dalam kata sambutan pelepasan almarhum, Ketua Ikatan Keluarga Besar Al-Amien Prenduan KH Taufikurrahman, memuji semangat Kyiai Tidjani. Kendati kurang sehat, ujarnya, ia selalu mendatangi berbagai kegiatan yang diadakan lembaga internasional yang membahas untuk kemajuan dunia Islam. “Bangsa ini kehilangan putra terbaiknya. Karena kita ketahui bersama, wajah cemerlang dunia Islam internasional, sebagian karena andil pemikiran beliau, “ ujar KH Taufikkurahman FM. Menurut pengasuh Ponpes Mambaul Ulum Jambu Lenteng itu, gagasan penyatuan gerakan Islam internasional dan berikut pengaturan pendanaannya, digagas oleh putra daerah dari Prenduan ini. Hingga kini gagasan Kyiai Tidjani tetap menjadi konsep gerakan dunia Islam internasional. “Sekali lagi, kita patut merasa kehilangan beliau,“ ujar kiai Taufik, dengan suara parau.
Sementara itu, adik kandung Kyiai Tidjani, KH Idris Jauhari, mengaku sangat kehilangan, karena selama ini kakaknyalah sebagai penyambung dunia Islam antara Timur Tengah dan Asia. Ia sangat berharap, segera lahir ulama yang mampu menjadi penyambung tali rentang Islam Barat dan Timur. “Siapapun merasa kehilangan, kami mendapatkan ucapan duka cita hampir dari seluruh belahan dunia,“ ujar Kyiai Idris.
Puluhan ribu hadir dalam acara tersebut dan sejumlah pejabat Pemkab di Madura, Bupati Sumenep KH Ramdlan Siraj, Ketua DPRD Sumenep KH Busro Kariem, Bupati Pamekasan, Syafi’ie, Kakanwil Depag Jatim Drs H Roziqy, pimpinan ponpes se-Jatim dan sejumlah pejabat Pemprop Jatim. (far)
Sumber: Surabaya Post, Jumat 28/09/2007
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home