Sunday, April 01, 2007

SMPN 1 Pamekasan Sekolah Bertaraf Internasional

Jelang ujian nasional (unas) April mendatang, selalu ditandai persiapan PSB (penerimaan siswa baru). Tetapi, untuk tahun pelajaran baru kali ini, di Pamekasan benar-benar ada yang baru. Sebab, mulai tahun pelajaran ini, ada SMP SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) yang dipusatkan di SMPN 1. Siswanya pun, hanya 24 orang dari seluruh Madura. Mengapa?


Akhir tahun lalu, Depdiknas melengkapi SBI di Indonesia sampai mencapai 100 buah. 23 SBI diantaranya, berada di Jawa timur. Sedangkan untuk Madura, hanya ada 1 SBI yang dipusatkan di SMPN 1 Pamekasan. Kapasitasnya, dipatok 1 kelas yang terdiri atas 24 orang yang lulus seleksi PSB mendatang. Para siswa tersebut diperkirakan berasal dari seluruh kabupaten di Madura yang dinilai memenuhi syarat.


Tetapi, 1 ruang kelas yang akan ditempati siswa SMP SBI tersebut, masih belum dibuka untuk umum. Sebab, desain ruangan digarap langsung oleh pihak terkait di Depdiknas. Termasuk, desain ruang pembelajaran yang menggunakan konsep sekolah sehari (full day system).


Selain itu, pengaturan ruang belajar dan sarana pembelajaran di dalam kelas, akan ditata ahlinya juga. Pasalnya, kelas di ruang belajar SBI didesain berbeda dengan sekolah reguler yang sejauh ini ada di setiap kota.


Saat koran ini meminta Kepala SMPN 1, Sugeng Hari Widodo, untuk memperlihatkan seperti apa ruang yang diproyeksikan menjadi ruang belajar bagi siswa SBI, dia belum berkenan memperlihatkannya. Tetapi, pihaknya telah mempersiapkan sebuah ruang kelas yang spesifik bagi ruang belajar 24 siswa SBI.


Kelengkapan sarana pembelajaran diproyeksikan dari pemerintah pusat, Pemprov Jatim, dan Pemkab Pamekasan. Dia menyadari bahwa dari kelasnya saja SBI berbeda. Misalnya, menggunakan AC, laptop, LCD, TV, VCD, sound system, OHP, internet, radio, dan tape recorder. "Bahasa resmi pembelajarannya, sebagian besar menggunakan Bahasa Inggris," katanya.


Dia menambahkan, dari perspektif ciri khas SBI, dapat ditandai dengan beberapa perbedaan dibanding sekolah reguler selama ini. Diantaranya, kurikulum berstandar SSN (sekolah standar nasional) plus, full day system, KBM (kegiatan belajar mengajar) berbasis ICT (information and communication technology), bahasa pengantar Bahasa Inggris, pembinaan kompetensi sains dan hampir semua soal berbahasa Inggris. "Konsep yang kami terima begitu," papar pria asal Mojokerto ini.


Jauh sebelum ditetapkan sebagai penyelenggara SBI di Madura, SMPN 1 telah survei. Diantaranya, mengenai standar isi, proses, tenaga pendidik, dan kependidikan. Selain itu, sarana dan prasarana, pembiayaan, manajemen, dan standar kelulusan. Dari sekian survei yang dilakukan pemerintah, SMPN 1 dinilai layak menyelenggarakan SMP SBI. Peluang ini, dinilai mantan kepala SMPN 4 itu sebagai tantangan dan peluang. "Mohon dukungan dan doa restu agar SBI ini sukses," harapnya.


Ketua Komisi D DPRD Pamekasan, Abdurahman, memandang baik ada SBI di Pamekasan. Dia bilang, kepercayaan yang diberikan pemerintah pusat harus ditindaklanjuti secara serius. Terutama, kata kader PKB ini, menyangkut SDM. Apalagi, dalam KBM, bahasa yang berlangsung di ruang belajar SBI, menggunakan Bahasa Inggris.


Atau, dia menduga untuk tahap awal dengan cara bilingual. Tetapi, pada akhirnya tetap mengendepankan bahasa asing serendah-rendahnya Bahasa Inggris.


Persaingan ketat menjadi siswa SBI di SMPN 1 untuk Madura, diinginkan Abdurahman tidak mengecewakan karena faktor guru yang kurang profesional. "Kami mendukung. Berarti akan ada kemajuan baru dalam pendidikan di kota ini (Pamekasan, Red)," ujarnya. (ABRARI)


Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 24 Mar 2007