Thursday, August 30, 2007

Catatan dari Mubes III Masyarakat Madura (1)

Perlu Program Konkret Percepat Pembangunan Madura
MASIH banyak pekerjaan rumah (PR) yang mesti dikerjakan untuk Madura. Dengan kondisi masyarakat Pulau Garam yang jauh ketinggalan dalam pembangunan, memang perlu upaya ekstra dalam mengentaskan kemiskinan, ketertingalan SDM (pendidikan), dan pengadaan infrastruktur. Musyawarah Besar (Mubes) III Masyarakat Madura 26 Agustus 2007 lalu adalah salah satu upaya untuk memercepat pembangunan Madura itu.

Sudah sering seminar dan diskusi yang membicarakan nasib Madura digelar. Tapi, sampai sekarang belum ada kemajuan yang signifikan di Madura. "Kita perlu upaya yang konkret untuk memercepat pembangunan Madura," kata Jenderal Pol (Purn) Roesmanhadi, ketua Forum Komunikasi Masyarakat Madura (FKMM) Pusat, ketika menyampaikan sambutan di mubes III.

Ya. Memang, perlu langkah dan program konkret demi kemajuan Madura. Hampir semua peserta mubes sepakat. Sebab, sudah lama wacana tentang pembangunan Madura berkembang. Sejak gagasan pembangunan Suramadu di awal 1990-an. Tapi, sampai sekarang sudah 17 tahun, Suramadu belum juga selesai. Kabarnya paling cepat kelar 2008. Itu jika lancar.

Suramadu telah menjadi "tonggak" untuk membangun Madura. Wacana di awal 1990-an hingga sekarang, Suramadu akan diikuti dengan industrialisasi. Tapi, sejak itu belum ada program yang konkret tentang rencana industrialisasi di Madura tersebut. Baru belakangan beberapa proyek besar di Madura masuk dalam remcana tataruang wilayah (RTRW) Jawa Timur.

Sekprov Jatim Soekarwo saat memaparkan rencana pembangunan Madura di mubes menyebutkan beberapa proyek yang bakal dibangun di Madura. Seperti pelabuhan di Kecamatan Arosbaya dan Socah, Bangkalan. Kemungkinan pembuatan lapangan terbang di Tanjungbumi, Bangkalan. Termasuk lapangan terbang Trunojoyo di Sumenep dan pengembangan pariwisata di Sumenep. Itu beberapa proyek yang masuk agenda, masih banyak lagi rencana proyek lainnya.

Jika semua rencana proyek yang masuk RTRW Jatim direalisasikan, sepertinya dalam beberapa tahun ke depan bakal ada perubahan signifikan di Madura. Tapi, sekali lagi, itu jika pemprov konsisten dan punya komitmen kuat untuk mewujudkan rencana pembangunan Madura itu.

Sesepuh masyarakat Madura H M. Noer telah punya cita-cita ada jembatan yang menghubungkan Madura-Jawa itu sejak 1950. Itu disampaikan saat memberikan sambutan di mubes. Mantan gubernur Jatim yang kini berusia 89 tahun ini tetap bersemangat untuk ikut mendukung dan melihat kemajuan Madura.

Pak Noer juga mengingatkan kepada para peserta mubes agar ada langkah konkret usai mubes. Hasil-hasil mubes yang bertujuan untuk memercepat pembangunan Madura harus bisa dilaksanakan.

Untuk bisa melaksanakan itu, kata Pak Noer, ada dua syarat. Yaitu, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang bagus dan dana. Selain itu, kakek yang masih tampak bersemangat saat berbicara di forum tersebut mengingatkan juga agar pembangunan Madura harus dilandasi nilai-nilai agama Islam. Industrialisasi Madura, katanya, jangan sampai memunculkan kemaksiatan.

Mubes III dihadiri banyak tokoh dan masyarakat Madura. Selain Pak Noer dan Roesmanhadi, tampak mantan petinggi negeri ini seperti Wismoyo Arismunandar (mantan Kasad) dan Ari Sudewo (mantan Kabais). Juga hadir Didik J. Rachbini (anggota DPR RI), KH Nuruddin A. Rahman (DPD asal Jatim), dan beberap anggota DPR RI asal Madura. Tokoh-tokoh Madura di Jatim dan Madura sendiri datang.

Saat acara seremonial pembukaan, Convention Hall Hotel JW Marriot terlihat penuh peserta mubes. Sayang, usai makan siang kemudian dilanjutkan sidang pleno, banyak peserta yang pulang. Ruang pertemuan hanya terisi separuh. Namun demikian, pleno yang dipimpin Nuruddin A. Rahman tetap jalan. Sementara narasumber untuk memberikan masukan terhadap hasil kerja pokja mubes adalah Didik J. Rachbini, Pror Dr Iksan Semaoen (mantan rektor Unijoyo), Prof Dr Mien A. Rifai (staf ahli Menristek), dan Joko Subroto (mantan Pangdam V Brawijaya).

Panitia mubes III telah membentuk tiga pokja untuk membuat draf program strategis percepatan pembangunan Madura. Pokja A, memberikan masukan terkait pengembangan pendidikan dan SDM profesional dan interprenuer.

Pokja B, memberikan masukan tentang potensi daerah dan pemberdayaan masyarakat. Beberapa poin yang direkomendasikan berkaitan dengan revitalisasi aset daerah, pelayanan kesehatan, dan pemanfaatan bio teknologi dan teknologi tepat guna.

Sedangkan Pokja C tentang persiapan pemekaran kota/kabupaten dan Provinsi Madura. Beberapa poin masukannya antara lain mengenai infrastruktur; politik, hukum, dan politik; membentuk forum pelopor ketertiban dan kebersihan masyarakat Madura untuk mengantisipasi kondisi lapangan.

Wacana pembentukan Madura sebagai provinsi sempat menguat di arena mubes. Provinsi Madura dinilai sebagai solusi untuk percepatan pembangunan Madura. Meski ada yang mengingatkan tentang kondisi riil ekonomi dan SDM Madura yang masih kurang layak, namun banyak yang sepakat Provinsi Madura harus segera direalisasikan. Roesmanhadi sendiri secara pribadi menyatakan setuju dengan pembentukan Provinsi Madura.

Apa kunci untuk membangun Madura secara cepat? Baca kelanjutan tulisan ini besok. (bersambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home