Sunday, October 07, 2007

Petani Madura Kesulitan Air

Produksi Padi dan Harga Tembakau Merosot
Cuaca tidak berpihak kepada sejumlah petani di Bangkalan dan Sampang. Petani sawah di Bangkalan mengeluhkan hasil panen yang menurun karena terbatasnya pasokan air. Adapun petani tembakau di Sampang mengeluhkan tembakau yang rusak karena kemarau basah. Abusiri (40), salah satu petani di Kecamatan Socah, Bangkalan, Sabtu (8/9), mengatakan bahwa hasil panen pada masa panen kedua tahun ini menurun dibandingkan dengan hasil panen pada masa panen kedua tahun lalu.

Jika tahun lalu dia bisa mendapatkan 3.750 kilogram gabah kering sawah dari areal lahan sawah yang digarapnya seluas tiga hektar, tahun ini dia hanya bisa memperoleh 2.500 kilogram gabah kering sawah. Menurunnya hasil panen ini disebabkan pasokan air dari sumber air di Sumber Pocong, Bangkalan, yang mengairi sawahnya, tidak sebanyak tahun lalu. "Apalagi ditambah pada musim tanam kedua tahun ini musim kemarau lebih cepat datang sehingga air yang masuk ke sawah petani betul- betul terbatas," kata Abusiri. Saat air masih banyak atau saat musim hujan, sawahnya bisa menghasilkan sampai 5.000 kilogram gabah kering sawah.

Sementara itu, di Sampang, sejumlah petani tembakau di Kecamatan Torjun mengeluhkan turunnya harga tembakau dari Rp 20.000 per kilogram menjadi Rp 10.000 per kilogram. Turunnya harga tembakau ini disebabkan kualitas tembakau yang diproduksi oleh petani tidak baik. "Kualitas tembakau buatan petani buruk karena musim kemarau basah yang melanda daerah kami atau hujan masih sesekali turun saat musim kemarau. Hujan itu sesekali turun Juli dan Agustus lalu. Padahal, kalau mau tembakaunya baik, tanaman tidak boleh terkena air," ujar Abdul Malik, salah satu petani tembakau di Torjun.
Meskipun harga tembakau setiap kilogram sudah diturunkan separuhnya, tetap saja Abdul dan sejumlah petani lain kesulitan menjualnya. "Tidak ada yang mau membeli karena kualitasnya buruk," ujarnya sambil menunjukkan tiga ton tembakau hasil panen yang belum terjual di gudangnya.

Imbas dari hal ini sebanyak 15 penggarap lahan tembakau yang disewa Abdul untuk mengerjakan tiga hektar lahan miliknya belum bisa diberi upah. Setiap penggarap lahan ini sedianya dibayar Rp 5.000 untuk setiap kilogram tembakau yang dihasilkan dari lahan milik Abdul. Namun, Abdul belum bisa membayarnya karena hasil panen tembakau belum laku dibeli. (APA)

Sumber: Kompas, 10/09/07

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home