Saturday, November 24, 2007

Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Sumenep

Kondang Hingga Malaysia, Terkenal Ahli Membuat Azimat

Berawal dari cita-cita untuk menyumbangkan sesuatu, khususnya dalam hal peningkatan sumberdaya manusia, Nyai Aqidah Usymuni membangun pondok persantren yang diberi nama seperti namanya. Yakni, Pondok Pesantren Aqidah Usymuni.

Boleh dikata, tahun 1985 silam merupakan titik awal dari upaya Nyai Aqidah Usymuni membangun lembaga pendidikan Islam. Sebab pada tahun dimaksud, putri kiai kharismatik Alm. KH Usymuni ini mulai merintis pembangunan lembaga pendidikan Islam yang dipusatkan di Tarate, Pandian, Kecamatan Kota Sumenep. Berbekal pengetahuan yang didapat dari mendiang orang tuanya dan dibantu suaminya Alm. KH Sofyan, kini pondok tersebut eksis di tengah masyarakat.

Mungkin di Kabupaten Sumenep, Nyai Aqidah merupakan satu-satunya perempuan yang mengelola pesantren. Keuletan dan kesabarannya mengembangkan lembaga tersebut, kini membuahkan hasil. Indikasinya, pesantren yang dikelolanya sudah cukup dikenal masyarakat luas. Kebesaran nama orang tuanya juga menjadi faktor pesatnya perkembangan lembaganya.

Saat ini pondok pesantren tersebut memiliki banyak lembaga pendidikan dari berbagai jenjang tingkatan. Mulai play grup (kelompok bermain), SD, MTs, MA, hingga Sekolah Tinggi Tarbiyah. Semua itu didirikan tak lepas dari jerih payah seorang Nyai Aqidah.

Kesuksesannya ini, juga ditunjang peran putrinya Nyai Dewi Kholifah Syafraji yang saat ini menjabat sebagai wakil rakyat di Kabupaten Sumenep. Tak boleh dilupakan juga peran menantunya KH. Moh. Syafraji yang juga sebagai Ketua MUI Sumenep.

Selain pendidikan formal, pesantrennya juga menerapkan pendidikan non formal kepada ratusan santrinya. Ciri khas pesantren yang berpegang teguh pengajaran kitab kuning juga tidak ditinggalkan. Dan dalam mengelola pesantrennya, perempuan yang kini genap berusia 65 tahun ini dikenal dermawan. Dia tidak memungut biaya dari santri untuk pribadinya maupun kebutuhan hidupnya. "Saya tidak meminta uang kepada santri. Saya ingin memberikan amal jariyah. Santri hanya dibebani Rp 10 ribu untuk biaya guru yang mengajar di sekolah formalnya," katanya.

Meskipun usianya sudah lanjut, namun beliu masih terlihat semangat dan energik melakukan kegiatan sosial dan perlindungan terhadap perempuan. Sehingga, beliu dipercaya istri Gus Dur, Nyai Hj Shinta Nuriya Abdurrahman untuk mendirikan lembaga Puan Amal Hayati di Sumenep. Beberapa kali Nyai Hj Shinta Nuriya datang kediamannya. Tidak hanya pejabat di negara ini yang dikenalnya. Beberapa pejabat negara Malaysia juga sangat dekat dengan Nyai Aqidah. Bahkan, pada tahun 90-an, dia diundang dan bertemu dengan Menteri Agama Malaysia kala itu, Datuk Malik.

Warisan ilmu dari orang tuanya membuatnya banyak dikenal masyarakat luar Madura. Keahlian orang tuanya membuat azimat, rupaya juga tertular kepadanya. Sehingga, tidak sedikit masyarakat dari luar Madura maupun luar Jawa datang meminta bantuannya. "Alhamdulillah, semua ini berkat barokah dari orang tua dan pertolongan dari Allah," ujarnya. (A. ZAHRIR RIDLO)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 19 Nov 2007

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home