Thursday, May 24, 2007

Tak Bisa Melarang, Perlu Antisipasi Dini

Kekhawatirn terjadinya kelebihan produksi memang hal yang wajar. Sebab, pada tahun ini, proyeksi kebutuhan pabrikan yang dirilis Dinas Perkebunan Provinsi Jatim untuk Sumenep ternyata hanya 7.050 ton tembakau. Padahal, tahun lalu saja, proyeksi kebutuhan tembakau 8.250 ton.

Menariknya, proyeksi lahan tanam tembakau di Sumanep pada tahun ini ternyata lebih luas (11.750 hektare) dibandingkan tahun lalu (11.000 hektare). "Informasinya, pabrikan memang mau ambil tembakau lebih sedikit dibandingkan tahun lalu," terang Kepala Dishutbun Sumenep Moh. Dail melalui Kabid Perkebunan Bambang Heriyanto.

Menurut Bambang, naiknya proyeksi ideal luas lahan tanam seharusnya diimbangi dengan kebutuhan pabrikan. Tak hanya itu. Tahun ini, semakin luasnya lahan tanam justru diiringi turunnya produktifitas tembakau per hektare. "Proyeksi luas lahan 11.750 hektare dengan kebutuhan 7.050 ton menunjukkan produktifitas per hektare hanya 600 kg," terangnya.

Kondisi tersebut beda dengan tahun lalu. Proyeksi ideal lahan seluas 11 ribu hektare dengan kebutuhan 8.250 ton yang terjadi pada tahun lalu berarti 1 hektare bisa memproduksi 750 kg tembakau. "Untuk tahun ini, ada prediksi cuaca sangat labil dibandingkan tahun lalu. Sehingga, masyarakat harus hati-hati dan bisa mengendalikan diri," ingatnya.

Bambang juga mengaku, untuk kali kesekian, pihaknya berharap agar masyarakat bisa mengendalikan diri untuk menanam tembakau. Alasannya, potensi kelebihan produksi tembakau semakin tinggi bila terjadi kelebihan luas lahan tanam. "Kita memang tidak mungkin melarang orang untuk menanam tembakau," tuntasnya.

Komisi B DPRD Sumenep juga mendukung upaya pemkab untuk melakukan pengurangan areal tanaman tembakau pada musim tanam tahun ini. Itu sebagai langkah antisipatif terjadinya over produksi hasil panen tembakau tahun ini, yang akhirnya akan menurunkan harga tembakau itu sendiri.

Ketua Komisi B Unais Ali Hisyam mengatakan, langkah pemkab tersebut dinilai cukup efektif untuk mengantisipasi turunnya harga tembakau tahun ini. Sebab, jika produksi tembakau tidak meluber, dia yakin harga tembakau akan baik.

Selain kualitas tembakau yang kadang bercampur dengan tembakau Jawa, menurutnya, yang menurunkan harga tembakau di pasaran karena stok tembakau melebihi kebutuhan pihak gudang. "Mungkin dengan adanya pengurangan areal tanam tembakau, ini akan mempengaruhi daya jual tembakau rakyat," ujarnya.

Dia mengharapkan petani bisa menahan diri untuk tidak menanam areal persawahan dengan tembakau. Meski proyeksi areal tanam tembakau mengalami kenaikan 6,82 persen dibandingkan dengan tahun lalu (tahun ini proyeksi areal seluas 11.750 hektare), namun pasokan tembakau ke gudang mengalami penurunan. Pihak gudang menjatah tembakau yang akan dibeli dari masyarakat tahun ini hanya sebesar 7 ribu ton.

"Dari luas areal tanam memang ada kenaikan, tapi pasokan ke gudang mengalami penurunan. Ini perlu diwaspadai oleh petani, sehingga petani tidak mengalami kerugian karena over produksi," ujar Unais kepada koran ini, kemarin.

Pada tahun 2006 lalu, kata dia, harga tembakau di pasaran cukup bagus. Namun, jika pada tahun ini tidak diantisipasi terjadinya over produksi, bisa saja harga tembakau akan kembali "rusak". "Jadi petani harus membatasi diri menanam tembakau," ingatnya.

Untuk menghindari over produksi, Bupati Sumenep Moh. Ramdlan Siraj menerbitkan surat edaran kepada para camat se Sumenep menghadapi musim tembakau mendatang. Dalam surat No 525.23/181/435.112/2007, bupati meminta para petani memperhatikan prakiraan cuaca dari badan meteorologi dan geofisika (BMG). Sehingga, petani tembakau terhindar dari kerugian akibat kesalahan masa musim tanam.

Bagi daerah-daerah, baik tegal maupun gunung yang mengandalkan air hujan, bupati menyarankan, sebaiknya masa penanaman tembakau dilakukan lebih awal. Sedangkan daerah tembakau yang biasa menggunakan sumber-sumber air, bisa dilakukan mulai bulan Mei.

Bupati juga meminta kepada camat untuk menyosialisasikan kepada petani bahwa bagi lahan yang kurang potensial, agar petani tidak terlalu memaksa menanam tembakau. Sebaiknya petani mencari tanaman alternatif, seperti jagung, kedelai, semangka, dan kacang tanah.

Dalam SE itu bupati juga meminta agar dalam penggunaan pupuk sesuai dengan dosis dan menunggu waktu yang tepat. Jika kurang mengerti, sebaiknya berkonsultasi dengan petugas pertanian di kecamatan.

Kepada para camat, selain mengintruksikan agar mendata pengusaha gudang-gudang tembakau dan pengepul tembakau rakyat, bupati juga memerintahkan agar camat mengimbau pengusaha yang belum memiliki izin untuk mengurus izin usahanya.

Sementara proyeksi areal lahan tembakau pada tahun ini seluas 11.750 hektare dengan hasil produksi sebesar 7 ribu ton tembakau dan kebutuhan bibit sebanyak 411 juta 257 ribu batang tembakau. Sedangkan kebutuhan pupuk terdiri dari pupuk ZA 2.350 ton, pupuk SP 36.763 ton, dan pupuk ZK sebanyak 1.175 ton.(ahmad zahrir ridlo)

Sumber: Jawa Pos, 21/05/2007

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home