Saturday, June 23, 2007

Diawali Tampilnya Srikandi

Sekretaris Daerah Kabupaten Pamekasan, Dr HM Djamaluddin Karim MSi, memiliki pandangan tersendiri terkait maraknya banyak kepala desa perempuan di Pamekasan. Hal tersebut diyakini sebagai pengaruh positif dari tampilnya Srikandi, kepala desa perempuan pertama di Pamekasan. Srikandi memenangkan Pilkades tahun 1998 lalu di Desa Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Dalam melaksanakan tugasnya, Srikandi dinilai oleh berbagai kalangan berhasil.

Djamaluddin mengatakan, tampilnya Srikandi yang merupakan istri mantan Kades Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu sebagai perempuan pertama memimpin dan memenangkan Pilkades, banyak berpengaruh pada persepsi masyarakat tentang makna keterlibatan dan kesetaraan gender antara perempuan dan pria dalam kepeminpinan desa.

Kepemimpinan Srikandi, ujar Djamaluddin Karim, memang jadi objek penelitiannya dalam menempuh ujian S3 guna memperoleh gelar doktor bidang administrasi kebijakan publik di Universitas 17 Agustus Surabaya. Dalam kesimpulan penelitian yang berjudul "Kepeminpinan Perempuan di Madura" itu, Djamaluddin menyimpulkan, kepemimpinan perempuan di Madura adalah kepemimpinan yang spesifik. "Awalnya saya khawatir tampilnya Srikandi itu tak akan mendapat respon sambutan atau pengaruh apapun bagi masyarakat, karena masyarakat Madura yakin, yang pantas menjadi pemimpin
adalah pria bukan perempuan," ujar Djamaluddin. "Ternyata tidak, setelah Srikandi, ternyata banyak tampil mengikuti calon-calon kepala desa perempuan lain yang juga akhirnya pada tahun 2007 ini puncaknya mereka banyak yang bisa memenangkan Pilkades," lanjut Djamaluddin yang tak menampik kemungkinan adanya faktor paternalistrik, karena mayoritas kepala desa perempuan adalah keluarga mantan kepala desa.

Menurut Djamaluddin, perempuan dengan sifatnya yang lemah lembut, ternyata bisa memiliki pola kepemimpinan yang akan lebih mengayomi masyarakat. Lebih mudah berkomunikasi dengan masyarakat. Bagi orang Madura yang keras, kata Djamaluddin, namun dengan mendapat sentuhan yang halus dari sang peminpin desa, masyarakat akan lebih menerima.

Sebagai pemimpin yang spesifik, perempuan akan selalu memberikan dukungan dan rajin memotivasi masyarakat. "Contohnya mengapa Srikandi bisa muncul, bisa jadi karena kebetulan suaminya adalah mantan kepala desa. Masyarakat melihat Srikandi bisa menggantikan dan akhirnya terpilih. Dan ternyata Srikandi itu mendapat simpati dan memberikan dukungan pada masyarakat, aktif pengajian, PKK dan berbagai kegiatan pembangunan kemasyarakatan lainnya," paparnya.

Srikandi selalu memberi pujian dan penghargaan pada warga. Srikandi juga pintar mengelola konflik, padahal itu tantangan bagi perempuan ketika turun ke lapangan. Tetapi Srikandi memberi kesempatan pada anak buahnya untuk turun cari informasi, lalu dilakukan pertemuan dan mengkomunikasikan, sehingga jalannya pemerintahan bagus.

Yang terakahir, lanjut Djamaluddin, Srikandi bisa membangun jaringan sampai ke level bawah. Dia memakai kebijakan pola "langgar belih", seperti pola orang Madura, orang berkumpul ditangkap keinginannya, kemudian dicarikan solusi dalam rembuk desa. Sehingga kebijakan yang dilakukan langsung diterima. (mas)

Sumber: Surabaya Post, Rabu 20/06/2007

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home