Desa Klampar Setelah Pergantian
Tetap Andalkan Batik, Mulai Lirik Tembakau
SEJAK akhir Juni lalu kepemimpinan di Desa Klampar mengalami perubahan. Jika sebelumnya dipimpin seorang pria, H Abd. Syukur, kini dipimpin kaum perempuan. Dia adalah Hj Siti Rohmah, perempuan yang terpilih dalam pemilihan kepala desa beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, Rohmah bukan sosok baru di Desa Klampar. Dia adalah istri mantan kepala desa sebelumnya. "Klampar memang sudah terkenal dengan batiknya. Makanya, ke depan potensi batik ini harus terus diangkat dan dilestarikan," ujar Hj Siti Rohmah selaku kepala desa baru.
Bagi warga Pamekasan, Desa Klampar memang memiliki keistimewaan sendiri. Yakni, potensi lokal yang memang khas dan tidak semua desa memilikinya. Apalagi kalau bukan potensi industri rumah tangga batik.
Tak sulit untuk menjangkau Desa Klampar. Meski cukup terpencil dan jauh dari keramaian, tapi jalan akses menuju desa itu begitu mudah. Dari arah Kota Pamekasan, desa ini hanya berjarak sekitar 5 km ke arah utara. Suasana desanya asri. Di samping jalan desa tumbuh aneka pepohonan menghijau.
Dilihat secara geografis, Desa Klampar berbatasan dengan empat desa. Yaitu, Desa Angsana (perbatasan utara), Desa Samadan (perbatasan barat), Desa Nyalabu Utara (perbatasan timur) dan Desa Nyalabu Selatan (perbatasan selatan).
Sejak turun temurun, batik menjadi primadona yang selalu diandalkan masyarakat Desa Klampar. Karenanya, desa berpenghuni 3.500 jiwa ini akrab dengan potensi batiknya. Rohmah menjelaskan, potensi batik Klampar telah ada sejak zaman dulu. Diakuinya, batik Klampar merupakan batik tradisi yang sejak dulu berkembang.
"Potensi batik di sini (Klampar, Red) sudah punya nama. Beberapa kali hasil produksi batik Klampar mengikuti pameran tingkat nasional. Di Klampar pengrajin batik memang sangat banyak," ujarnya.
Sukses Desa Klampar mengembangkan potensi batik tak lepas dari peran dari kaum pemuda setempat. Sebab, berkat mereka potensi batik makin dikenal warga di tingkat regional hingga nasional. "Banyak pemuda yang menjadi pengusaha batik sukses dan mampu mengangkat harkat industri rumah tangga batik Klampar," jelas Rohmah.
Sukses potensi batik, rupanya, juga diikuti sukses di bidang pembangunan lainnya. Misalnya, pembangunan bidang sarana dan prasarana desa. Beberapa waktu terakhir Desa Klampar banyak mendapat sentuhan pembangunan infrastruktur. Bahkan, baru-baru ini sudah dibangun polindes dalam rangka menunjang fasilitas kesehatan warga Klampar.
Bagaimana dengan potensi lainnya? Rohmah mengakui, dibandingkan dengan batik, potensi lainnya memang tidak terlalu dominan. Di desanya ada industri rumah tangga lainnya, seperti pembuatan kripik tette (kripik dari singkong yang ditumbuk), usaha penambangan batu gamping, dan lainnya.
Sedangkan bidang pertanian, menurut ibu tiga anak ini, bisa dibilang sebagai potensi kedua setelah batik. Tanamanm yang ada seperti padi, tembakau, jagung, dan lainnya. "Tetapi, untuk pertanian tidak terlalu diharapkan. Sebab, lahan teknis hanya ada sekitar 14 hektare," ungkapnya.
"Namun, khusus tembakau, kualitas di sini (Klampar,Red.) cukup bagus. Ke depan, potensi tembakau juga perlu dilestarikan. Artinya, bagaimana mengupayakan agar tembakau juga menjadi potensi yang bisa mengangkat kehidupan warga di sini," terang Rohmah. (akhmadi yasid)
Sumber: Jawa Pos, Minggu, 15 Juli 2007
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home