Friday, August 17, 2007

Support Petani Garam

Pemerintah Kabupaten Pamekasan termasuk paling getol mengurusi tataniaga garam. Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan menstabilkan harga garam. Apa saja upaya yang dilakukan, berikut petikan wawancara wartawan Radar Madura Akhmadi Yasid dengan Bupati Pamekasan, Drs Ach. Syafii.

Upaya pemkab menjaga stabilitas harga bisa dibilang sukses. Bagaimana mulanya?
Jadi begini. Saat itu ada keluhan dari masyarakat bahwa harga garam cukup memprihatinkan. Sebab, dengan biaya produksi sekitar Rp 145 per kg, ternyata masyarakat mendapat Rp 70 sampai Rp 80. Artinya, banyak kerugian, sehingga ada upaya dari masyarakat sendiri, dan pemerintah siap.
Kemudian, kita rajin konsultasi dengan provinsi dan pusat. Pada saat yang sama tokoh muda datang ke kami. Ternyata, setelah saya tanya kualitas, garam kita memang belum baik. Itu ternyata karena apresiasi terhadap harga garam kurang. Garam yang bagus tidak dibeli dengan harga yang wajar. Akhirnya petani membuat garam seadanya, yang penting banyak.

Lalu?
Kita terus berupaya dengan melihat kenyataan. Kemudian, upaya itu lambat laun sukses. Kita menjalin kerja sama dengan PT Garam. Dari pusat juga dapat apresiasi sampai akhirnya membentuk Aspegab (asosiasi petani garam bahan baku).
Selanjutnya Aspegab terus kontak-kontak hingga pusat agar diubah keputusan menteri tentang impor garam. Saat itu, Bu Mega (Megwati Soekarnoputri) saat menjadi presiden datang ke sini (Pamekasan, Red) dan melaksanakan ekpor ke Malaysia. Dan, dari sanalah terus harga garam naik. Laporan terakhir, mulai awal 2007, harga Rp 205 untuk K-1. Dengan harga itu, petani sudah mendapat keuntungan dan harga juga stabil.

Setelah harga garam stabil, upaya apa yang dilakukan pemkab menjaga tataniaga garam?
Banyak yang kita lakukan. Komunikasi dengan beberapa daerah, seperti ke Medan. Itu dalam rangka membicarakan masalah garam dengan pemerintah Medan, pengusaha setempat juga. Kalau tidak salah, ada kelanjutannya. Gubernur akan ke Pamekasan bulan Oktober mendatang dalam rangka bicara garam.

Apa ada kendala dalam hal tata niaga garam?
Benar. Sejauh ini persoalan investor sulit masuk ke Madura, termasuk investor garam karena transportasi. Karenanya, kita upayakan bangun pelabuhan. Baik di pelabuhan selatan atau yang di pantura. Karena apa? Karena tanpa begitu sulit. Karena biaya investasi terlalu mahal bagi investor luar. Sebab, mereka harus angkut barang ke Surabaya, baru ke Medan misalnya.

Apa harapan Bapak terkait tataniaga garam?
Kita sangat berharap, tentang garam bagaimana kebijakan pemerintah pusat bisa menguntungkan masyarakat. Memang, bagaimanapun kita dihadapkan pada kondisi perjalanan global. Tapi, mestinya ada proteksi-proteksi untuk petani lokal, untuk melindungi rakyat. Kalau tidak demikian, kita kalah dengan luar.
Selain itu, kita terus berharap ada upaya peningkatan teknologi. Itu untuk menunjang kualitas. Tentu nggak bisa hanya andalkan kebijakan pemerintah. Kita ini sudah kalah kualitas, garam dari Australia dan India sangat bagus.

Bagaimana upaya untuk ini?
Ya, pengembangan teknologi harus dilakukan. Selain itu, harus terus meningkatkan peran asosiasi. Kalau asosiasi tidak dipertahankan, saya tidak bisa jamin harga garam akan terus stabil. Sebab, pemberdayaan yang utama. Dengan bersatunya petani garam, punya daya tawar kuat. (*)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 13 Agt 2007

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home