Target PT Garam Tak Tercapai
Masrum, salah seorang petani garam di Dusun Duko Jalan Makboel, Kelurahan Polagan, Sampang, mengaku produksi garamnya tahun ini turun. Dalam kondisi iklim dan cuaca normal, lahan tambak garam milik dia seluas 70 x 12 meter mampu menghasilkan 7 ton setiap kali panen. Tapi, pada tahun ini dia hanya bisa memanen 3,5 ton garam.
Karena masih muda, garam hanya dihargai Rp 160 per ton. "Akibat cuaca yang tidak bersahabat, harga garam ikut-ikutan anjlok," keluh Masrum.
Di tempat terpisah, Kepala Disperindagtam Sampang Ir Winarno MM mempredikasi kemungkinan produksi garam rakyat pada tahun ini mengalami penurunan. Indikasinya, sampai Agustus masih turun hujan di Sampang."Seharusnya, mulai Juli sudah tidak tidak turun hujan lagi dan memasuki musim kemarau," jelas Winarno.
Karena hujan masih belum berhenti, disperindagtam belum bisa memastikan kerugian yang dialami petani garam. Sebab, kalkulasi jumlah penurunan produksi dan penghitungan kerugian tersebut bisa dilakukan setelah hujan berhenti. Winarno menegaskan, secara bertahap harga garam di pasaran dipastikan merangkak naik. Namun, kenaikan itu tidak bisa menutupi kekecewaan petani karena anjloknya produksi garam mereka. "Kemungkinan harga garam kering tahun ini bisa mencapai Rp 185 sampai Rp 190 per ton," ujarnya.
Cuaca yang tidak bersahabat juga menyebabkan pengolahan tanah tambak garam di atas lahan seluas 400 hektare milik Kantor Pegaraman III Kabupaten Sampang terkena imbas. Sehingga, proses penyerapan air tawar tersebut harus dimulai dari awal lagi.
"Karena pengolahan tanah dimulai dari awal lagi, otomatis masa produksi garam molor dua dekade atau 20 hari. Itu pun kalau cuaca bersahabat dan tidak diguyur hujan deras lagi," ujar Kepala Pegaraman III Sampang, H Solehuddin.
Akibat curah hujan dengan ketinggian mencapai 25 mililiter tersebut, pihak Pegaraman III Sampang mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Sebab, BUMN ini sudah terlanjur membayar upah 400 buruh untuk mengerjakan lahan. "Karena diguyur hujan, kualitas garam juga menurun. Sebab, 70 persen produksi garam sangat tergantung kepada kondisi cuaca," terangnya.
Menurut dia, pada 2007 target produksi garam Pegaraman III Sampang dipatok 60.000 ton. Tapi, karena iklim dan cuaca yang tidak menentu, dikhawatirkan produksi garam tidak mencapai target. "Mudah-mudahan cuaca ke depan lebih bersahabat, sehingga produksi kami bisa mencapai target," harap Solehuddin.
Dibandingkan tahun lalu, produksi garam Pegaraman III Sampang pada 2006 berhasil melampaui target sebesar 69.000 ton. Tapi, pada 2005 produksinya hanya mencapai 47.000 ton. "Sebab, iklim dan cuaca pada saat itu (2005, Red) kurang bersahabat," terang. (taufiq rizqon)
Sumber: Jawa Pos, Senin, 13 Agt 2007
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home