Tata Niaga Tembakau 2007
Antara Peluang, Harapan, dan Tantangan Petani
BULAN Agustus tak hanya menjadi bulan istimewa lantaran ada serangkaian kegiatan menuju peringatan hari kemerdekaan tiap tanggal 17. Di luar itu, Agustus menjadi bulan "emas" bagi petani tembakau. Sebab, pada Agustus panen raya tembakau dimulai.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini panen raya tembakau agak terlambat. Jika tahun sebelumnya panen raya dimulai awal Agustus, tahun ini diperkirakan baru dimulai pertengahan atau akhir Agustus.
Keterlambatan panen raya tembakau berkait erat dengan kemarau basah (La Nina) yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Namun, keterlambatan panen dipastikan tidak akan berpengaruh pada kualitas tembakau. Sebab, meski diwarnai La Nina, pertumbuhan tembakau tidak terpengaruh.
Tembakau Madura diyakini akan tetap memiliki aroma khas yang tidak akan dimiliki tembakau lain. Karena itu, dapat dipastikan juga pabrikan senantiasa memperhitungkan keberadaan tembakau Madura. Lalu, mengapa warga masyarakat Madura, utama Sumenep, Pamekasan, dan Sampang, begitu mengandalkan tembakau sebagai komoditas utama? Bukankah banyak komoditas lain yang juga menguntungkan?
Jawabannya mudah. Sebab, warga Madura cenderung mengandalkan tembakau sebagai komoditas utama karena menguntungkan. Jawaban yang demikian ini sudah jamak dan menjadi pendapat umum.
Tentu jawaban itu bukan tanpa alasan. Sebab, menanam tembakau masih menjadi primadona masyarakat Madura. Petani tetap menanam tembakau untuk menyambung hidup. Tembakau telah menjadi sumber penghasilan nomor wahid di Pulau Garam ini.
Walaupun ada sumber daya lain yang bisa digarap oleh petani, namun hasilnya tidak sebesar ketika menanam tembakau. Mungkin ada jagung, semangka, bawang, dan palawija yang bisa ditanam. Hanya, sekali lagi, semua itu tidak bisa memberikan penghasilan yang besar bagi masyarakat.
Kini sebagian petani telah memasuki masa panen raya tembakau. Namun, jumlahnya tidak banyak. Hanya ada di beberapa daerah yang menanam tembakau lebih awal. Seperti di Kecamatan Bluto, Sumenep. Di Pamekasan, di beberapa desa di wilayah Kecamatan Waru dan Pakong. Namun, masih sedikit tembakau yang digali.
Mengenai kualitas tembakau, diyakini tidak akan jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, meski dalam suasana La Nina, pertumbuhan tembakau sangat baik. Karena itu, dapat dipastikan kualitasnya juga akan baik. Apalagi, saat ini, petani mulai mengikuti anjuran teknis pola penanaman tembakau yang baik sebagaimana disampaikan pihak terkait. Selain itu, cuaca pada saat pertumbuhan tembakau juga cukup mendukung.
"Kalau kualitas kita yakin akan tetap sama. Sebab, meski sempat ada La Nina, namun pertumbuhan tembakau tetap bagus," ujar Abdillah Fuad Kuddah, anggota Komisi B DPRD Pamekasan.
Meski demikian, Abdillah tetap meminta petani memerhatikan teknis budidaya tembakau sebagaimana anjuran pihak terkait. "Meski cuaca bagus kalau teknis budidaya kurang bagus, kualitas bisa berpengaruh. Makanya, petani harus senantiasa memerhatikan teknis budidaya, termasuk perlakuan pra dan pasca panen," jelasnya.
Sementara itu, juru bicara PT Gudang Garam di Pamekasan H Sumarno kepada koran ini menegaskan, pembelian tembakau akan tetap menyesuaikan kualitas. Semakin bagus kualitasnya, akan semakin baik pula harga beli tembakau oleh pabrikan.
"Seperti tahun sebelumnya, harga memang menyesuaikan dengan kualitas. Itu sudah pasti," ujarnya saat dihubungi koran ini melalui saluran telepon kemarin. (akhmadi yasid)
Sumber: Jawa Post, Senin, 06 Agt 2007
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home